Tradisi literasi kembali bergulir di Butta
Panrannuanta. Pimpinan Cabang Pemuda Muslimin Indonesia Kabupaten Takalar
melaksanakan Bedah Kumpulan Cerpen Rindu Sepasang Purnama.
Tidak tanggung-tanggung, buku tersebut di bedah sebanyak dua kali. Pertama pada 4 November 2012, dan yang kedua pada 11 November 2012.
Tidak tanggung-tanggung, buku tersebut di bedah sebanyak dua kali. Pertama pada 4 November 2012, dan yang kedua pada 11 November 2012.
Pada kegiatan
pertama, hadir sebagai pembicara, Ketua Umum Pimpinan Cabang Pemuda Muslimin
Indonesia Kabupaten Takalar, Muhammad Kasman, S.E.
Kasman lebih banyak mengulas proses kreatif, serta semangat dan alasan yang melatari terbitnya Kumcer Rindu Sepasang Purnama.
Kegiatan kedua, menghadirkan Drs. Muh. Yahdi, M.Ag. (Dosen STAI Yapis Takalar), dan Zaid Ali, S.Pd.I (Sekretaris Umum Pimpinan Cabang Pemuda Muslimin Indonesia Kabupaten Takalar) sebagai pembicara.
Yahdi berharap,
hadirnya Rindu Sepasang Purnama bisa menjadi motivasi bagi generasi muda
Takalar untuk terlibat aktif dalam arus tradisi literasi.
Sementara itu, Zaid mengungkap bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan teknis yang harusnya dimiliki oleh generasi muda. "Kalian harus bisa menulis", serunya ke arah peserta.
Masih menurut Zaid, salah satu hambatan utama berkembangnya tradisi menulis adalah dunia pendidikan, "dunia pendidikan kita tidak ramah terhadap potensi menulis peserta didik", pungkasnya.
Rangkaian kegiatan bedah buku Rindu Sepasang Purnama diramaikan oleh 30an peserta dari kalangan pemuda, pelajar dan mahasiswa.
Kasman lebih banyak mengulas proses kreatif, serta semangat dan alasan yang melatari terbitnya Kumcer Rindu Sepasang Purnama.
Kegiatan kedua, menghadirkan Drs. Muh. Yahdi, M.Ag. (Dosen STAI Yapis Takalar), dan Zaid Ali, S.Pd.I (Sekretaris Umum Pimpinan Cabang Pemuda Muslimin Indonesia Kabupaten Takalar) sebagai pembicara.
[Wahyu Maraga (moderator), Drs. Muh. Yahdi, M.Ag. (Dosen STAI Yapis Takalar), dan Zaid Ali, S.Pd.I (Sekretaris Umum Pimpinan Cabang Pemuda Muslimin Indonesia Kabupaten Takalar)]
Sementara itu, Zaid mengungkap bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan teknis yang harusnya dimiliki oleh generasi muda. "Kalian harus bisa menulis", serunya ke arah peserta.
Masih menurut Zaid, salah satu hambatan utama berkembangnya tradisi menulis adalah dunia pendidikan, "dunia pendidikan kita tidak ramah terhadap potensi menulis peserta didik", pungkasnya.
Rangkaian kegiatan bedah buku Rindu Sepasang Purnama diramaikan oleh 30an peserta dari kalangan pemuda, pelajar dan mahasiswa.
[Para peserta tampak antusias mengikuti bedah buku]
Posting Komentar