“Poppo merupakan mahluk mitos
endemik Sulsel, jadi kehadiran novel ini menjadi menarik,” jelas Saharuddin
S.Pd.I ketika memulai membedah novel ‘Perempuan Poppo’ hasil garapan Dul Abdul
Rahman.
Kegiatan yang dirangkaikan dengan
Malam Ibadah Bersama (Mabid) berlangsung pada Kamis 31 Januari 2013 malam, dihadiri
oleh kader-kader Pemuda Muslimin Indonesia Cabang Takalar.
“Poppo ini khas, beda dengan
kuntilanak, pocong, genderuwo, atau babi ngepet yang sudah lebih dulu populer.
Poppo ini pada dasarnya tidak jahat,” terang Sahar meyakinkan.
Sambil
menukil penggalan-penggalan kalimat dari novel, Sahar menjelaskan bahwa poppo
itu hadir untuk membantu kehidupan masyarakat Sulsel pada zaman dahulu. “Poppo
itu kan bisa terbang, jadi digunakan untuk menjaga empang atau kebun yang luas.”
“Yang paling
menarik, poppo itu jelmaan perempuan cantik loh. Beda dengan kuntilanak,
apalagi pocong. Hehehehe....” Komentar Isbah, salah seorang peserta.
Namun
yang paling menengangkan adalah ketika selesai membedah novel ‘Perempuan Poppo’
tersebut dan istirahat, Sahar mendapatkan ‘tamu tak diundang’.
Sekira
pukul tiga dinihari, Sahar tiba-tiba terbangun, berdiri dan berteriak tak
jelas. Sahar meracau mengucapkan kalimat-kalimat seumpama mantra yang sulit
dicerna.
Bahkan,
Ahmad Rusaidi, yang mencoba menenangkan dan menyadarkan Sahar dinihari itu,
mendapatkan bagian di pagi hari seusai sholat subuh, Ahmad tiba-tiba menderita
demam tinggi.
Sambil
bercanda, Ketua Umum Pemuda
Muslimin Indonesia Cabang Takalar, Muhammad Kasman, SE nyeletuk, “Itu baik, mengingatkan
kita untuk bangun sholat tahajjud, hehehehe....”
+ komentar + 1 komentar
Novelnya harus ada di Toko buku yang ada di Polewali (y)
Posting Komentar