
JAKARTA, Wawancara
Rakyat Merdeka Online dengan Muhtadin Sabili, Ketua Umum Pimpinan Besar Pemuda
Muslimin Indonesia di sela-sela pelaksanaan Konferensi Besar Pemuda Muslimin
Indonesia di Lembang Bandung.
Idiologi Pancasila
merupakan bagian dari ajaran agama Islam. Sehingga tidak relevan bila ada pihak
yang membedakan antara azas Pancasila dan Islam. Sedangkan Pancasila digali
dari falsafah kehidupan masyarakat Indonesia yang beragama.
“Sehingga saat
dijadikan dasar negara, sebagian besar penganut agama di negeri ini tidak
keberatan dengan Pancasila,” kata Muhammad Muhtadin Sabili, di sela-sela acara
Konferensi Besar Pimpinan Pusat Pemuda Muslimin Indonesia, pada Jumat
(18/5/12), di Kabupaten Bandung.
Muhtadin
berharap, Pancasila harus menjadi pandangan hidup masyarakat Indonesia dengan
cara pandang yang beragam sesuai dengan latar belakang agama, budaya dan kultur
masyarakat yang majemuk.
“Namun bila
idiologi Pancasila dipaksakan dengan pemahaman penguasa, maka akan timbul
gejolak di berbagai daerah sebagaimana yang terjadi ketika rezim Orde Baru,”
tutur Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muslimin Indonesia.
Dia juga
menyayangkan ada sebagian pihak yang berlindung di balik kemajemukan dan
kebebasan dalam memeluk agama, padahal mereka malah meresahkan umat
lainnya.”Seperti adanya aliran sesat di sejumlah agama. Hal itu menurut kami
bertentangan dengan Pancasila, karena telah merugikan penganut agama yang
sesungguhnya,” kata Muhtadin.
Aliran sesat
terkadang berdampak pada anarkisme masa, padahal ajaran Islam sangat menentang
segala bentuk kekerasan. Menghadapi kondisi demikian organisasi sayap Syarikat
Islam Indonesia (SII) tetap berharap dialog merupakan solusi untuk memberikan
pencerahan spiritual kepada penganut aliran sesat yang mengatas-namakan ajaran
Islam.
Wawancara ini juga dapat diakses di Pikiran Rakyat
Posting Komentar