"Sang
raja tanpa mahkota", demikian kaum Kompeni Belanda menyebutnya. Dia lihai,
cerdas, bersemangat, ditakuti, juga disegani lawan – lawan politiknya.
Perjuangannya dalam membela hak kaum pribumi, benar - benar menempatkan dirinya
menjadi seorang tokoh yang sangat dihormati saat itu. Itulah sosok HOS
Cokroaminoto yang lahir di Desa Bakur, Madiun Jawa Timur, 16 Agustus 1883.
Meski
terlahir sebagai keturunan bangsawan, anak kedua dari dua belas bersaudara,
putra Raden Mas Cokro Amiseno, seorang Wedana Kleco dan cucu RT Adipati Negoro
bupati Ponorogo itu, jauh dari sikap angkuh. Bahkan, HOS akhirnya menjadi motor
penggerak kemerdekaan Indonesia, di saat yang lain 'tertidur'dalam belaian
kompeni Belanda. HOS Cokroaminoto adalah tokoh politik yang berhasil
menggabungkan retorika politik melawan penjajah Belanda dengan ideologi Islam,
sehingga mampu mengenyahkan penjajah dari bumi Nusantara.
==========
Pada
sebuah petikan kata, Wondoamiseno, Sekjen PSSI 1950, mengungkapkan bahwa HOS
Cokroaminoto adalah seorang yang memiliki keyakinan teguh.
"Tjokroaminoto
mempunyai keyakinan yang teguh, bahwa Negara dan bangsa kita tak akan mentjapai
kehidupan jang adil dan makmur, pergaulan hidup jang aman dan tenteram, selama
keadilan sosial sepandjang adjaran-adjaran Islam belum dapat berlaku, atau dilakukan
mendjadi hukum dalam Negara kita, sekalipun sudah merdeka.
Terbukti
sekarang, sekalipun Negara dan bangsa kita sudah merdeka dan berdaulat bernaung
di bawah pandji-pandji sang merah putih, namun rakjat jelata jang
berpuluh-puluh jumlahnja belum merasakan kenikmatan dan kelezatan hidup dan
kehidupan sehari-harinja. Rakyat masih tetap menderita matjam - matjam
kesukaran dan kemelaratan. Kekatjauan timbul dimana-mana. Perampokan
penggedoran. Pentjulikan dan pembunuhan seolah-olah tak dapat diatasi oleh pihak
(alat) pemerintahan.
Di
kota-kota besar nampak pula kerusakan moral (budi pekerti) bangsa kita. Bukan
sadja pelajturan jang meradjalela dari kota-kota sampai desa-desa, tetapi pihak
jang dikatakan kaum terpeladjar, pemuda dan pemudi tak ada batas lagi pergaulan
hidupnja, pergaulan jang merdeka. Pergaulan jang mempengaruhi alam pikiran pada
kesesatan. Sumber-sumber pelatjuran telah menjadi pergaulan hidup yang modern.
Kemadjuan jang mentjontoh dunia barat jang memang sudah rusak. Rusak budi-
pekertinja dan rochaninja. Tak ada kendali didalam djiwa jang dapat menahan
hawa nafsunja. Inilah semuanja yang oleh ketua Tjokroaminoto dikatakan
Djahiliah modern.
Kalau
alat-alat pemerintah RI jang memegang tampuk kekuasaan pemerintahan, baik pihak
atasan maupun sampai bawahan sudah tidak takut lagi kepada hukuman Allah,
jakinlah Negara akan rusak dan hantjur dengan sendirinja, sebab segala
perbuatan djahat, korupsi, penipuan, suapan dan sebagainja jang terang terang
merugikan Negara, dikerjakan dengan aman oleh mereka itu sendiri, rakjat
mengerti sebab rakjat jang menjadi korban".
OS
Cokroaminoto tidak mau selamanya terbelenggu dengan status kebangsawanannya.
Setelah menamatkan study di Oplayding School Foor Inladishe Ambegtenaren
(OSVIA), sekolah pegawai pemerintahan pribumi Magelang, dia memang sempat
mengikuti jejak kepriyayian ayahnya sebagai pegawai pangreh praja. Namun,
akhirnya ia tinggalkan karena muak dengan kebiasaan sembah jongkok yang baginya
sangat melecehkan.
Tahun
1905 Cokro pindah ke Surabaya dan bekerja pada perusahaan dagang, di samping ia
juga belajar di sekolah malam Hogore Burger School. Bersama istrinya,
Suharsikin ia mendirikan rumah kost di rumahnya. yang nantinya melalui rumah
inilah Cokro menyalurkan ilmunya dalam agama, politik dan berorasi yang
akhirnya menjadi cikal bakal pembentukan tokoh – tokoh penting di Indonesia.
Seperti Soekarno yang Nasionalis, SM kartosuwirjo yang Islamis Dan Muso-Alimin
yang Komunis.
R. A.
Suharsikin adalah cermin wanita yang selalu memberikan bantuan moril, selalu
menjadi kebiasaannya, jika suaminya bepergian untuk kepentingan perjuangannya,
istri yang sederhana dan prihatin ini mengiringi suaminya dengan sholat
tahajud, dengan puasa, dan do’a.
Perbedaan
idiologi dari murid - muridnya tersebut secara tidak langsung memberikan warna
sendiri bagaimana secara aktif ide-ide, ilmu dan gagasan Cokro menghujam kedada
mereka. Walaupun dengan pemahaman yang beraneka ragam sesuai dengan latar
belakang, pendidikan dan pekerjaanya masing masing. Jadi, pertarungan Soekarno,
Kartosuwirjo dan Muso-alimin sejatinya adalah pertarungan tiga murid dari
seorang guru Cokroaminoto. Hal ini mengisaratkan bahwa adanya perbedaan tafsir
para murid terhadap guru dan kernudian mendorong kecenderungan yang berbeda
pula.
Dalam
beberapa hal, ide Islam Cokro lebih dipahami oleh Kartosuwirjo dengan Darul
Islamnya, ia melanjutkan perjuangan yang telah dirintis oleh Cokro yakni
menuntut Indonesia bersyariat. Dengan dasar itu ia akhirnya memproklamirkan
Negara Islam Indonesia pada 7 Agustus 1949 di Jawa Barat, sebagai reaksi atas
penghianatan Soekarno-Hatta terhadap piagam Jakarta.
Untuk
merealisasikan perjuangan menuntut Indonesia bersyareat ia masuk ke dalam
Sarekat Dagang Islam (SDI) yang saat itu dipimpin oleh H.Samanhudi di Solo,
sebuah pergerakan pertama Indonesia yang menggelorakan semangat kemerdekaan.
Bukan Budi Utomo seperti yang diketahui saat ini, karena SDI lahir lebih muda
yakni lahir pada tahun 1908 sedangkan SDI 1905 pendistorsian sejarah semacam
ini jelas kejahatan yang dilakukan oleh musuh – musuh Islam untuk mengkaburkan
perjuangan Indonesia bersyariat. Karena memang tujuan SDI adalah kemerdekaan
dan pemberlakuan syareat Islam.
Semenjak
masuknya ia kedalam SDI, SDI berubah menjadi sebuah organisasi yang besar dan
menakutkan bagi kolonial. Kemahirannya serta kepiawaiannya berpolitik dalam
menyuarakan kemerdekaan Indonesia dan memihak kepentingan rakyat membuat SDI
begitu di gandrungi Rakyat pribumi. Terlebih setelah SDI berubah menjadi SI dan
ia menjadi pemimpin SI. Lewat Cokro tujuan SI mulai di perjelas yakni
kemerdekaan Indonesia dan pemberlakuan Syareat Islam bagi segenap lapisan
rakyat.
Karena
aktifitas politiknya, Belanda akhirnya menangkap Cokro pada tahun 1921 karena
dikhawatirkan akan membangkitkan semangat perjuangan rakyat pribumi walaupun
akhirnya dibebaskan pada tahun 1922, sebuah cobaan yang lazim diterima para
penegak syariat islam di seluruh dunia. Pada tanggal 14-24 juni 1916
diadakanlah kongres Nasional pertama di Bandung. Di dalam kongres tersebut
Cokro mengupas tentang pembentukan bangsa dan pemerintahan sendiri. Sebuah
langkah yang sangat berani saat itu karena bagi rakyat pribumi kemerdekaan
adalah hal yang tabu untuk disampaikan. Suatu langkah politik yang benar-benar
berani. Cokro membangun opini rakyat yang belum mengerti politik untuk berpihak
terhadap perjuanganya. Yaitu menuntut Indonesia merdeka dan bersyariat Islam.
Di
tengah pemerintah kolonial yang masih kuat apalagi saat itu Belanda masih
menerapkan peraturan Reegerings Reglement(RR) sebuah peraturan yang berisi
larangan berpolitik, berkumpul untuk membahas perjuangan kemerdekaan. Yang
otomatis Cokro saat itu harus berhadapan dengan dua lawan yaitu Belanda dan
Pangreh Praja yang menjadi kaki tangan Belanda. Pada tahun 1924, Cokro mulai
aktif dalam komite –komite pembahasan kekhilafahan yang dicetuskan pemimpin
politik Wahabiah Arab, Ibnu Saud. Sebuah langkah untuk memperkuat barisan
menuju kemerdekaan dan kekhalifahan dunia.
Bagi Cokro,
Islam adalah sesuatu yang harus di perjuangkan dan di persatukan,sebagai dasar
kebangsaan yang hendak di proses menuju Indonesia. Tipikal Cokro, identik
dengan AI-Afghani yang juga merupakan tokoh politik Pan-Islamisme (kebangkitan
Islam). Cokro dan Afghoni juga sama-sama mengalami kegagalan dalam perjuangan
Pan-Islamismenya. Namun, arti penting keduanya bukan pada kemenangan atau
kekalahan. Keduanya menjadi penting karena menggulirkan momentum perubahan
pemikiran dalam Islam. Keduanya juga menjadi ruh perjuangan bagi kepentingan
politik Islam.
Ruh
Cokro akan masih terus bergerak menjadi spirit perjuangan ketika islam
diartikulasikan sebagai penggerak yang aktif, tidak statis. Yang mengatakan
,"Setinggitinggi ilmu, semurni-murni tauhid , sepintar-pintar
siasat". Beliau wafat pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta, dan
dimakamkan di TMP Pekuncen,Yogyakarta.
========================================
**Disarikan
dari "H.O.S TJOKROAMINOTO, Hidup dan Perdjuangannja, karya Amelz,
BulanBintang
Sumber
: al-ikhwah Edisi 3 Tahun I ~ Maret 2009 M / Rabiul Awwal 1430 H
Posting Komentar